PENYESUAIAN
DIRI DAN PERMASALAHANNYA
1.Pengertian
Pengertian
penyesuaian diri pada awalnya berasal dari suatu pengertian yang didasarkan
pada ilmu biologi yang di utarakan oleh Charles Darwin yang terkenal dengan
teori evolusinya. Ia mengatakan: "Genetic changes can improve the ability
of organisms to survive, reproduce, and, in animals, raise offspring, this
process is called adaptation"(Microsoft Encarta Encyclopedia,2002).
Sesuai dengan
pengertian tersebut, maka tingkah laku manusia dapat dipandang sebagai reaksi
terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat ia hidup seperti cuaca
dan berbagai unsur alami lainnya. Semua mahluk hidup secara alami dibekali
kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan
keadaan lingkungan materi dan alam agar dapat bertahan hidup. Manusia dituntut
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam
sekitarnya.
Kehidupan
itu sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus
menyesuaikan diri. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa penyesuaian
diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku
individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya.
2. Aspek penyesuaian diri
Pada dasarnya penyesuaian diri
memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk
lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
· Penyesuaian
Pribadi.
Penyesuaian
pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga
tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia
menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya
dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan
penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari
kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada kondisi
dirinya.
·
Penyesuaian Sosial
Setiap iindividu
hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling
mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu
pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan
nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi
persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial,
proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi
dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan
orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di
sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara
umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan
dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat
istiadat yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi
atau karya yang diberikan oleh sang individu. Dalam proses penyesuaian sosial
individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut
lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada
dirinya.
3.
Pembentukan
Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri yang baik, yang selalu ingin diraih setiap orang, tidak akan dapat
tercapai, kecuali bila kehidupan orang tersebut benar-benar terhindar dari
tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa yang bermacam-macam, dan orang
tersebut mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta
berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupannya dengan stabil,
tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi. Beberapa
lingkungan yang dianggap dapat menciptakan penyesuaian diri yang cukup sehat
bagi remaja, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan
Keluarga
Semua
konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu
dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi
dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila
dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.Rasa dekat dengan
keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang
individu.
b. Lingkungan
Teman Sebaya
Begitu
pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara
kawan-kawan semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa-masa lainnya.
Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan
kepada teman-temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya, dari angan-angan,
pemikiran dan perasaan. Ia mengungkapkan kepada mereka secara bebas tentang
rencananya, cita-citanya dan dorongan-dorongannya. Dengan demikian pengertian
yang diterima dari temanya akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap
keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam memahami
pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain.
c. Lingkungan
Sekolah
Sekolah
mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan
informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas.
Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi juga berperan
sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan, ia adalah langkah pertama
dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan.
4.
Proses
Penyesuaian Diri
Menurut
Lazarus (1991) ketika seseorang berpikir tentang cara apa yang akan
digunakannya, kondisi-kondisi apa yang dapat mempengaruhi kegitan penyesuaian
diri dan konsekuensi apa yang akan timbul dari cara penyesuaian diri yang
dipilihnya, maka penyesuaian diri disini adalah proses. Penyesuaian diri adalah
suatu proses yang kelanjutan selama hidup manusia (Harber & Runyon 1984),
kehidupan manusia selalu merubah tujuannya seiring dengan perubahan yang
terjadi pada lingkungan.
Kesimpulan dari proses penyesuaian diri menurut dua tokoh diatas adalah proses yang dilakukan manusia yang dipengaruhi oleh dorongan internal dan eksternal yang dapat berubah-ubah sesuai dengan tujuan hidup yang terjadi pada lingkungannya.
Kesimpulan dari proses penyesuaian diri menurut dua tokoh diatas adalah proses yang dilakukan manusia yang dipengaruhi oleh dorongan internal dan eksternal yang dapat berubah-ubah sesuai dengan tujuan hidup yang terjadi pada lingkungannya.
5. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri dipengaruhi oleh banyak faktor, secara garis besar faktor-faktor yang
mempengaruhi penyesuaian diri remaja menurut Hariyadi, dkk (1995:110)
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1)
Faktor internal
a)
Faktor motif, yaitu motif-motif sosial seperti motif berafiliasi, motif berprestasi
dan motif mendominasi.
b)
Faktor konsep diri remaja, yaitu bagaimana remaja memandang dirinya sendiri,
baik dari aspek fisik, psikologis, sosial maupun aspek akademik. Remaja dengan
konsep diri tinggi akan lebih memiliki kemampuan untuk melakukan penyesuaian
diri yang menyenangkan dibanding remaja dengan konsep diri rendah, pesimis
ataupun kurang yakin terhadap dirinya.
c)
Faktor persepsi remaja, yaitu pengamatan dan penilaian remaja terhadap objek,
peristiwa dan kehidupan, baik melalui proses kognisi maupun afeksi untuk
membentuk konsep tentang objek tersebut.
d) Faktor sikap remaja, yaitu kecenderungan remaja untuk berperilaku positif atau negatif. Remaja yang bersikap positif terhadap segala sesuatu yang dihadapi akan lebih memiliki peluang untuk melakukan penyesuaian diri yang baik dari pada
remaja yang sering bersikap negatif.
d) Faktor sikap remaja, yaitu kecenderungan remaja untuk berperilaku positif atau negatif. Remaja yang bersikap positif terhadap segala sesuatu yang dihadapi akan lebih memiliki peluang untuk melakukan penyesuaian diri yang baik dari pada
remaja yang sering bersikap negatif.
e)
Faktor intelegensi dan minat, intelegensi merupakan modal untuk menalar.
Manganalisis, sehingga dapat menjadi dasar dalam melakukan penyesuaian diri.
Ditambah faktor minat, pengaruhnya akan lebih nyata bila remaja telah memiliki
minat terhadap sesuatu, maka proses penyesuaian diri akan lebih cepat.
f)
Faktor kepribadian, pada prinsipnya tipe kepribadian ekstrovert akan lebih
lentur dan dinamis, sehingga lebih mudah melakukan penyesuaian diri dibanding tipe
kepribadian introvert yang cenderung kaku dan statis.
2)
Faktor eksternal
a)
Faktor keluarga terutama pola asuh orang tua. Pada dasarnya pola asuh
demokratis dengan suasana keterbukaan akan lebih memberikan peluang bagi remaja
untuk melakukan proses penyesuaian diri secara efektif.
b)
Faktor kondisi sekolah. Kondisi sekolah yang sehat akan memberikan landasan
kepada remaja untuk dapat bertindak dalam penyesuaian diri secara harmonis.
c)
Faktor kelompok sebaya. Hampir setiap remaja memiliki teman-teman sebaya dalam
bentuk kelompok. Kelompok teman sebaya ini ada yang menguntungkan pengembangan
proses penyesuaian diri tetapi ada pula yang justru menghambat proses
penyesuaian diri remaja.
d)
Faktor prasangka sosial. Adanya kecenderungan sebagian masyarakat yang menaruh
prasangka terhadap para remaja, misalnya memberi label remaja negatif, nakal,
sukar diatur, suka menentang orang tua dan lain-lain, prasangka semacam itu
jelas akan menjadi kendala dalam proses penyesuaian diri remaja.
e)
Faktor hukum dan norma sosial. Bila suatu masyarakat benar benar konsekuen
menegakkan hukum dan norma-norma yang berlaku maka akan mengembangkan
remaja-remaja yang baik penyesuaian dirinya. Sunarto dan Hartono (1994:188)
mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri yaitu :
1)
Kondisi fisik
Kondisi
fisik termasuk di dalamnya keturunan, konstitusi fisik, susunan syaraf,
kelenjar dan sistem otot, kesehatan, penyakit dan sebagainya. Kualitas
penyesuian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi
kesehatan fisik yang baik.
2)
Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektual, sosial, moral
dan emosional. Penyesuaian diri pada tiap-tiap individu akan bervariasi sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya.
3)
Penentu psikologis
Banyak
sekali faktor psikologis yang mempengaruhi prosespenyesuaian diri, diantaranya
yaitu pengalaman, belajar,kebutuhan-kebutuhan, determinasi diri, frustrasi dan
konflik.
4)
Kondisi lingkungan
Keadaan
lingkungan yang damai, tentram, penuh penerimaan, pengertian dan mampu memberi
perlindungan kepada nggota-anggotanya merupakan lingkungan yang akan
memperlancar proses penyesuaian diri.
5)
Penentu kultural
Lingkungan
kultural dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola penyesuaian
dirinya. Contohnya, tata cara kehidupan di panti asuhan akan mempengaruhi
bagaimana remaja menempatkan diri dan bergaul dengan orang lain di sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar