LAPISAN ATMOSFER DAN FUNGSINYA
Pengertian Atmosfer
Atmosfer berasal
dari kata amos berarti uap dan sphira berarti bolabumi. Atmosfer
merupakan lapisan udara yang menyelimuti bumi. Lapisan atmosfer merupakan
campuran dari berbagai unsur (Hartono,2007). Secara umum komposisi saat ini
atmosfer kering (tanpa kandungan air) adalah 78,6 % (volume) nitrogen (N2),
21 % oksigen (O2), 0,9 % argon (Ar), 0,03 % karbon dioksida (CO2),
dan berbagai jenis gas-gas pada level yang sangat kecil (kurang dari 0,002 %)
seperti neon (Ne), helium (He), metana (CH4), kripton (Kr), hidrogen (H2), xenon
(Xe), sulfur oksida (SO2), ozon (O3) ammonia (NH3),
karbon monoksida (CO), dan sebagainya. Normalnya, air terkandung dalam atmosfer
sebagai bentuk uap air sebesar 1-3 % volume (Manahan 2000).
Atmosfer bumi
adalah campuran gas yang secara kimia-fisika relatif homogen pada setiap
stratanya, yang membungkus permukaan bumi, dan tetap bertahan karena gravitasi
bumi. Dibandingkan dengan diameter bumi (sekitar 12.000 km), atmosfer merupakan
lapisan tipis (ketebalan 200-500 km) larutan udara sangat mudah dikompresi
maupun diekspansi, dan mengelilingi bumi. Karena pengaruh gravitasi bumi, maka
sebagian besar gas-gas penyusun atmosfer terkompresi di bagian bawah dekat
permukaan bumi. Makin jauh jarak dari permukaan bumi, maka makin renggang
struktur gas-gas penyusun atmosfer, sehingga densitas dan tekanan udara akan semakin
rendah.
Sesungguhnya,
atmosfer tidak jauh berbeda dengan lautan yang membungkus permukaan bumi.
Keduanya merupakan fluida yang membungkus permukaan bumi dan terikat secara
gravitasi. Perbedaan yang mendasar antara atmosfer dan lautan adalah bahwa atmosfer
merupakan campuran gas yang dapat dikompresi atau ekspansi sedangkan lautan
berisi cairan yang relatif tidak terkompresi. Kemampuan kompresi dan ekspansi
atmosfer, secara substansial dipengaruhi oleh tekanan, menyebabkan berbagai
fenomena atmosfer seperti angin, mendung, hujan, iklim, cuaca, dan sebagainya
(Petty 2008).
Sifat Atmosfer
Atmosfer berfungsi
untuk melindungi bumi dari gangguan benda-benda angkasa dan radiasi sinar
matahari. Akibat yang ditimbulkan jika tidak adanya lapisan atmosfer yang
melindungi bumi, maka bumi akan bolong akbiat tertabrak benda ruang angkas,
misalnya meteor. Suhu yang terjadi di bumi akan sangat extreme antara
pagi dan malam hari.
Menurut penelitian
para ahli, ketebalan lapisan atmosfer ini mencapai 1000km yang diukur dari atas
permukaan laut. Selai ketebalannya yang besar, lapisan ini juga memiliki berat
6 miliar ton.
Menurut Hartono
(2007), lapisan atmosfer sebagai lapisan
pelindung bumi memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai berikut:
1.
Tidak
memiliki warna, tidak berbau, dan tidak memiliki wujud, serta hanya bisa
dirasakan oleh indra perasa manusia dalam bentuk angin.
2.
Memiliki
berat sehingga dapat menimbulkan tekanan
3.
Memiliki
seifat dinamis dan elastic yang dapat mengembang dan mngerut.
Salah satu unsure
yang penting dalam atmosfer adalah uap air. Uap air (H2O) sangat
penting dalam proses dinamika cuaca atau iklim karena dapat mengubah fase
(wujud) uap air menjadi cair atau padat melalui kondensasi dan depoisisi. Uap
air yang terdapatdi atmosfer merupakan hasilpenguapan dari air laut, danau,
kolam, sungai, dan transpirasi tanaman.
Struktur Penyusun Atmosfer
Secara umum
atmosfer, dipelajari dengan membaginya menjadi dua yaitu regional rendah (lower)
dan regional atas (upper). Regional bawah adalah atmosfer dari permukaan
bumi sampai ketinggian kira-kira 50 km. Studi untuk regional ini merupakan
studi meteorologi. Sedangkan studi regional atmosfer atas (> 50 km), dikenal
dengan studi aeronomi.
Dari total
ketebalan atmosfer, kira-kira 500 km lebih dari permukaan bumi, terdapat zona
(sampai sekitar 90 km) dengan komposisi gas yang relatif tetap dalam
perbandingannya. Zona ini berisi gas-gas inert (N2, O2,
He, Ar) yang berinteraksi dengan energi radiasi yang cukup lemah. Sedangkan
bagian zona atas (>100 km), merupakan zona yang menerima radiasi dengan
intensitas dan energi yang sangat tinggi. Energi spektrum ini memungkinkan
terjadinya reaksi molekuler untuk ionisasi, fotolisis, radikalisasi, dan
sebagainya. Pada zona ini komposisi menjadi tidak seragam baik karena perubahan
altitude maupun latitudnya. Berdasarkan kehomogenan komposisi dan kerapatan
pada setiap ketinggian (altitude) dibagi dalam dua lapisan, yaitu:
1. Lapisan
homosfer, merupakan lapisan bawah atmosfer (kurang dari 80 km) yang terdiri
atas campuran gas permanen 99,9 % massa atmosfer total dengan perbandingan
komposisi tertentu yang tetap untuk setiap segmen altitud. Secara kimia
homogen/larutan homogen, pada ketinggian yang sama komposisi kimia dan sifat
fisika gas-gas penyusunnya relatif homogen. Jadi lapisan homosfer ini tersusun
atas lapisan-lapisan homogen yang tersusun sampai ketinggian 80 km. Terdiri
atas troposfer, stratosfer, dan mesosfer.
2. Lapisan
heterosfer, lapisan di atas homosfer yang terdiri atas gas-gas lebih ringan
(seperti hidrogen dan helium). Dominasi gas-gas ini berubah karena perbedaan
altitude, sehingga perbandingan komposisi berubah-ubah, karena diisi dengan
gas-gas yang relatif lebih ringan, mono atau diatomic (seperti hidrogen dan
helium). Komposisi yang kurang dari 0,1 % dari massa atmosfer, volume ruang
yang sangat besar, dan tekanan yang sangat rendah, menyebabkan distribusi
gas-gas di lapisan ini sangat besar. Jarak antar gas relatif jauh, tidak banyak
interaksi. Partikel gas-gas di lapisan ini sangat besar dipengaruhi radiasi dan
keadaan luar atmosfer. Pada lapisan heterosfer ini, komposisi berubah/heterogen
walaupun di altitude yang sama, salah satunya karena intensitas radiasi yang
berfluktuasi sangat besar di siang dan malam, serta kapasitas panas yang rendah
dari gas-gas yang mayoritas monoatomik, radikal, atau dalam keadaan
tereksitasi.
Pembagian
lapisan atmosfer juga dapat dilakukan dengan mempelajari sifat keteraturan
perubahan sifat fisik (tekanan dan temperatur). Dalam hal ini, atmosfer bumi
dibagi menjadi 4 lapisan utama. Keempat lapisan utama tersebut adalah:
1. Troposfer,
berada dalam ketinggian dari permukaan bumi sampai ketinggian rata-rata 11 km,
temperature rata-rata 15 oC dipermukaan laut menurun dengan
bertambahnya ketinggian sampai kira-kira -56 oC di bagian atas (tropopause),
2. Stratosfer,
dari ketinggian rata-rata 11 km sampai kira-kira 50 km, temperature rata-rata
naik dari -56 oC sampai -2 oC di bagian atas (stratopause),
kenaikan temperature ini utamanya karena penyerapan radiasi ultraviolet oleh
ozon di atmosfer,
3. Mesosfer,
lapisan diatas stratosfer (50 km) sampai dalam ketinggian rata-rata 85 km ,
profil temperatur sama dengan troposfer, menurun dengan bertambahnya
ketinggian, dari -2 oC sampai sekitar -92 oC di bagian
lapisan paling atas (mesopause).
4. Termosfer,
merupakan lapisan yang paling tinggi dari atmosfer mulai 85 km sampai dengan
rata-rata 500 km, berisi lapisan gas dengan kerapatan rendah, profil temperatur
naik sampai 1200 oC, kenaikan ini utamanya karena penyerapan radiasi
dengan panjang gelombang < 200 nm oleh spesies gas-gas penyusun termosfer.
Diantara
tiap-tiap dua lapisan atmosfer, terdapat lapisan antara (transisi) yang
merupakan batas antar muka kedua lapisan. Lapisan batas (antara) berfungsi
utama adalah menjaga eksistensi masing-masing lapisan tidak bercampur. Ada 3
lapisan transisi di atmosfer, yaitu:
1. Tropopause,
lapisan transisi antara troposfer dan stratosfer
2. Stratopause,
lapisan transisi antara stratosfer dan mesosofer, dan
3. Mesopause,
lapisan transisi antara mesosfer dan termosfer
Setiap
lapisan utama dan lapisan transisi atmosfer, mempunyai karakteristik dan peran
spesifik, merupakan bagian sistem atmosfer. Sistem atmosfer ini didesain dalam
rangka menopang kehidupan manusia dan kelangsungan sistem lingkungan di bumi.
Sinergi setiap lapisan ini diciptakan dengan tugas masing-masing, untuk
bersama-sama membuat kondisi bumi sangat layak untuk berlangsungnya kehidupan.
Proses Pembentukan Lapisan Atmosfer Bumi
Studi
tentang atmosfer awalnya dilakukan untuk memahami fenomena-fenomena yang
berhubungan dengan permukaan bumi seperti cuaca/iklim, fenomena pembiasan sinar
matahari saat terbit dan tenggelam, serta kelap-kelipnya bintang, komet,
meteor, dan lain-lain.
Bumi
diperkirakan dibentuk beberapa saat setelah penciptaan jagad raya, kira-kira 5
milyar tahun yang lalu. Dan diperkirakan 500 juta pertama setelah
penciptaannya, atmosfer dengan kerapatan tinggi, berisi asap seperti pada
nebula matahari, utamanya adalah hidrogen. Bersamaan dengan proses pendinginan
gas-gas lain dibentuk dari uap dan gas (asap) yang dikeluarkan dari dalam bumi
hasil reaksi-reaksi fusi atau asap dari luar bumi (proses pendinginan planet
lain atau bintang atau komet). Asap tersebut diperkirakan terdiri atas utamanya
hidrogen (H2), uap air (H2O), methana (CH4),
dan karbon dioksida (CO2). Sampai kira-kira 3,5 juta tahun yang
lalu, atmosfer diperkirakan terdiri atas CO2, CO, H2O, N2,
dan H2. Karbon dioksida ini menjadi dominan, karena proses oksidasi
termal yang berlangsung milyaran tahun dan tidak banyak dimanfaatkan untuk
proses lain. Keberadaan air, menyebabkan pengurangan gas CO2,
melalui proses pelarutan manjadi garam karbonat atau batuan karbonat. Bumi
makin mengeras.
Pada
awal penciptaan, atmosfer bumi tidak memiliki molekul-molekul atau atom-atom
oksigen bebas di dekat permukaan. Data-data yang menjelaskan ini tersimpan pada
formasi batuan purba yang dominan mengandung besi dan uranium, dengan keadaan
tereduksi. Unsur-unsur tersebut tidak ditemui lagi pada batuan Precambrian dan
yang lebih muda (< 3 juta tahun). Atmosfer bawah pada saat itu lebih
bersifat reduktor karena belum mengandung oksigen. Namun beberapa penyelidikan
menyebutkan pada bagian atas terdapat molekul oksigen yang cukup melimpah,
didesain untuk membentuk lapisan ozon.
Satu
juta tahun yang lalu, ketika bumi sudah cukup dingin, diciptakan
organisma-aquatik awal yang oleh para kosmolog dinamakan blue-green algae (tidak
ada satupun toeri ilmiah yang dengan meyakinkan dapat membuktikan alga ini
terbentuk dengan sendirinya atau karena evolusi alam). Kehidupan ini masih terbatas pada perairan.
Organisma ini, mulai ditugaskan untuk menggunakan energi dari matahari yang
tidak terserap ozone, memecah molekul air dan karbon dioksida, dan
menggabungkan kembali menjadi senyawa organik esensial dan membuat molekul
oksigen. Inilah pertama kali proses fotosintesis terjadi. Walaupun terjadi
respirasi yang melepaskan kembali CO2, tetapi pertumbuhan alga ini
cukup besar dengan mendeposit carbon ke jaringan/senyawa organiknya. Proses awal
ini berlangsung selama ratusan ribu tahun, sehingga cukup membuat akumulasi
oksigen di atmosfer. Bersamaan dengan meningkatnya oksigen (O2)
tersebut, kadar karbon dioksida (CO2) menurun. Proses ini
berlangsung terus, sampai kadar oksigen di permukaan menjadi cukup besar.
Dalam
kesimpulan berbagai penelitian atmosfer awal, terdapat dua proses utama yang
mengarah pada perubahan komposisi atmosfer. Pertama, adanya tumbuhan yang
mengkonversi karbon dioksida menjadi massa jaringan organik, dengan mengeisikan
oksigen ke atmosfer. Kedua peluruhan batuan pyrite yang melepaskan
sulfur sehingga kadar sulfur di lautan menjadi tinggi. Proses oksidasi sulfur
menurunkan oksigen di atmosfer. Walaupun secara meyakinkan perubahan
konsentrasi oksigen di atmosfer ini tidak diketahui penyebab jelasnya, namun
periode naiknya oksigen ini menjadikan bumi layak bagi kehidupan hewan dan
manusia di jaman-jaman berikutnya.
Pada
atmosfer bagian atas, sebagian molekul-molekul oksigen (O2) bekerja
menyerap energi UV dari matahari dan terpecah menjadi atom oksigen tunggal.
Sebagian molekul oksigen tunggal ini berkoalisi dengan molekul oksigen yang
masih ada mulai membentu ozon (O3).Ozon ini akan menyerap UV dengan panjang
gelombang yang berbeda, kembali pecah menjadi O2 dan O. Akumulasi
ozon dalam jutaan tahun ini menghasilkan lapisan ozon di bagian atas (sekarang
dikenal dengan troposfer). Lapisan ini bereaksi terus menerus dan sangat
efektif menyerap UV (200-300 nm), dan melindungi permukaan bumi dari irradiasi
UV kuat dari matahari. Reaksi ini merupakan desain siklus yang berkesetimbangan
di lapisan ozon atmosfer. Keberadaan lapisan ozon ini, membuat daratan di Bumi
menjadi mungkin untuk diberi kehidupan. Radiasi yang diterima permukaan bumi
menjadi lebih kecil dan cukup untuk menjaga ikatan senyawa organik tetap utuh.
Daratan di Bumi menjadi cukup dingin, untuk memulai kehidupan. Tumbuhan
produsen sederhana dan perintis, mulai dipindahkan ke daratan.
A. Troposfer
Troposfer
merupakan lapisan atmosfer yang paling dekat dan berinterakasi langsung dengan
permukaan bumi. Posisi ini menyebabkan dinamika pada keduanya, baik di
permukaan bumi maupun di troposfer, akan saling mempengaruhi satu sama lain.
Perubahan tekanan atau suhu di troposfer akan berpengaruh pada dan juga
dipengaruhi oleh permukaan bumi. Bentuk permukaan bumi (terrain atau
kekasaran), akan sangat berpengaruh pada turbulensi troposfer. Perubahan
komposisi troposfer juga sangat besar karena pengaruh emisi gas-gas dari bumi.
Pencemaran karena kegiatan manusia sangat berpengaruh besar pada lapisan
troposfer ini. Perubahan tekanan, aliran, suhu, dan stabilitas troposfer, akan
berpengaruh langsung pada permukaan bumi. Sebaliknya, fenomena hujan, uap air,
angin, badai, kekeringan dan seterusnya, merupakan contoh keadaan di bumi yang
langsung dipengaruhi oleh kondisi troposfer.
Lapisan
troposfer, berisikan kira-kira lebih dari 80 % total massa atmosfer. Gas-gas
yang berada dalam troposfer merupakan gas-gas poliatomik dan berdensitas
relatif lebih besar. Gas-gas rumah kaca, oksigen dan nitrogen dominan di
lapisan troposfer. Uap air, awan, hujan (presipitasi), merupakan variabel gas
yang sangat berpengaruh besar pada fenomena troposfer.
Gas
Rumah Kaca (GRK) adalah gas-gas poliatomik yang menjadi konstituen atmosfer,
baik alamiah maupun karena kegiatan manusia, yang menyerap dan mengemisikan
kembali radiasi inframerah (energi panas). Secara alamiah GRK ini berkontribusi
besar dalam menjaga suhu atmosfer tetap hangat untuk menopang reaksi kimia dan
biokimia di permukaan bumi. Dalam termodinamika kimia, zat-zat poliatomik ini
menyerap energi tinggi (UV panjang atau IR) dan setelah mengalami proses
internal molekul (dilatasi, translasi, dan sebagainya) akan mengemisikan
kembali dalam bentuk spektrum dengan energi labih rendah (gelombang lebih
panjang dan panas). Mekanisme tersebut terkait dengan kesetimbangan energi yang
terjadi di lapisan troposfer.
B.
Stratosfer
Lapisan
stratosfer merupakan lapisan yang berada di atas troposfer. Kedua lapisan ini
dibatasi oleh lapisan batas, tropopause, merupakan kondisi perubahan lapse rate
(dari lapse rate negatif (troposfer) menuju lapse rate positif
(stratosfer)). Ketebalan stratosfer kira-kira 40 km (altitude 10-16 km sampai dengan sekitar 50
km). Lapisan ini ditandai dengan naiknya temperatur lingkungan sebagai fungsi
pertambahan altitude. Fenomena ini disebabkan penyerapan spektrum ultra violet
(UV) energi yang lebih tinggi di bagian lebih atas, karena makin banyaknya
molekul-molekul poliatomik. Sedangkan di bagian lebih bawah, penyerapan
spektrum UV lebih rendah, sebanding dengan penurunan jumlah molekul poliatomik
dan meningkatnya molekul diatomic atau monoatomik. Secara termodinamika,
molekul poliatomik akan menyerap spektrum energi tinggi yang sesuai dan
berpotensi meradiasikan spektrum infra red (IR) lebih besar.
Lapisan
stratosfer bagian atas didominasi oleh proses pembentukan ozon dengan menyerap
energi UV tinggi, dan meradiasikan IR tinggi. Sedangkan bagian bawah,
didominasi oleh proses pemecahan ozon dengan menyerap UV lebih rendah, dan
meradiasikan IR lebih rendah dibanding bagian atas. Secara termodinamika, IR
mempunyai panjang gelombang lebih pendek dibanding UV. Spektrum panjang
gelombang lebih panjang (energi rendah) akan menimbulkan efek panas, sedangkan
spektrum panjang gelombang lebih pendek (energi lebih tinggi) lebih menimbulkan
efek perubahan ikatan molekuler.
Pada
lapisan stratosfer, fungsi ini (penyerapan spectrum) diwakili oleh desain
siklus pembentukan dan pemecahan ozon dilapisan ozonosfer (stratosfer). Siklus
pembentukan dan pemecahan ozon memanfaatkan spektrum radiasi ultra violet
dengan panjang gelombang 185 – 240 nm dan 280 – 320 nm. Hal ini dijelaskan oleh
Crutzen Molina & Rowland (peraih nobel fo chemistry, 1995).
Dalam penjelasannya disebutkan, secara alamiah pembentukan ozon dan pemecahan ozon terjadi secara alaiah dan
merupakan siklus yang berkesetimbangan, diperkirakan reaksinya sebagai berikut:
pembentukan ozon (O3) alamiah (menyerap UV λ »
185-240 nm)
O2
+ hv 2 O
O + O2 O3
dan pemecahan ozon alamiah (menyerap UV λ »
280-320 nm)
O3
+ hv O +
O2
O + O3 2 O2
Dan
lebih detail telah dijelaskan memalui “Chapman Reactions”, bahwa ozon
terbentuk melalui rekasi yang sama dengan di atas. Selanjutnya, ketika ozon
yang terbentuk menyerap UV, akan terjadi kesetimbangan reaksi pemecahan dan
pembentukan (Chapman 1930):
O3
+ hv -> O2 + O (3)
O + O2
-> O3 (2)
atau ozon juga bisa mengalami pemecahan ketika
bereaksi dengan O radikal, yang berada di atmosfer, hasil reaksi pemecahan
oksigen, seperti reaksi 1 di atas:
O + O3
-> O2 + O2
(4)
Pada
reaksi-reaksi di atas, proses pembentukan ozon, makin lambat dengan
bertambahnya altitude, sementara proses pemecahan ozon makin cepat. Pada area kesetimbangan
pembentukan-pemecahan ozon, jumlah energi dan gas terlibat dalam reaksi juga
setimbang. Sehingga secara relatif jumlah ozon (O3), oksigen (O2)
dan oksigen radikal (O) dalam kondisi steady, diatur dengan kuantitas
penyerapan spektrum UV. Secara alamiah, jumlah elemen yang terlibat dalam
reaksi ini sebanding dengan jumlah UV energi menengah (185 nm – 320 nm) yang
masuk ke atmosfer. Dengan demikian tidak ada sisa spektrum UV energi menengah
yang signifikan untuk bisa terus sampai ke permukaan bumi.
C.
Mesosfer
Lapisan
mesosfer ditandai dengan penurunan suhu (temperatur) udara dengan bertambahnya
altitude (ketinggian dari permukaan bumi). Laju penurunan temperatur tersebut
dilaporkan rata-rata 0,4°C per seratus meter. Penurunan suhu (temperatur) udara
ini menandakan mesosfer memiliki kesetimbangan termal negatif.
Temperatur
tertinggi di mesosfer hampir mendekati -2 °C, di dekat stratopause. Sedangkan
di bagian paling atas mesosfer dekat dengan mesopause, yaitu lapisan batas
antara mesosfer dengan lapisan termosfer, temperaturnya diperkirakan mencapai
sekitar -92 °C. Di daerah mesosfer ini, kadang teramati sebagai daerah dengan
fenomena aurora. Ini terjadi karena proses ionisasi gas-gas yang menyusunnya.
Pada struktur atmosfer yang dijelaskan sebelumnya (lihat gambar 3), mesosfer
dan termosfer masuk dalam wilayah ionosfer. Pada wilayah ionosfer ini, proses
reaksi yang dominan adalah ionisasi karena gas-gas menerima radiasi spektrum
energi lengkap dari matahari. Spektrum energi tinggi ini yang sangat berpengaruh
pada orbital elektron setiap atom, sehingga terjadi proses-proses
yang berkaitan dengan ionisasi.
Pada
lapisan mesosfer ini konsentrasi gas ozon makin berkurang tajam ketika altitude
makin tinggi, sehingga UV terserap juga makin sedikit. Sebagai akibatnya suhu
makin ke atas akan makin turun.
D.
Termosfer
Lapisan
ini merupakan tempat terjadinya ionisasi partikel-partikel yang dapat
memberikan efek pada perambatan/refleksi gelombang radio, baik gelombang
panjang maupun pendek. Disebut dengan termosfer karena terjadi kenaikan
temperatur (inversi) yang sangat tinggi pada lapisan ini. Temperatur pada
lapisan termosfer ini sangat tergantung pada aktifitas matahari (sunspots
atau flares). Kuatnya radiasi matahari (active sun) menyebabkan suhu
di termosfer pada lapisan paling atas sangat tinggi, mencapai sekitar 1700 oC
. Namun pada aktivitas matahari yang cukup rendah, seperti malam hari atau
kondisi quiet sun, suhu termosfer menjadi cukup rendah, sekitar 300 oC.
Pengurangan altitude, menyebabkan perubahan suhu termosfer menurun sangat
besar. Perubahan ini terjadi karena menurunnya serapan radiasi sinar ultra ungu
terutama UV gelombang sangat pendek (< 0.1 μm) oleh gas-gas penyusun
termosfer.
Pada
bagian atas termosfer, radiasi UV pendek begitu kuat menyebabkan reaksi kimia
(ionisasi). Hasil rekasi ionisasi ini membentuk lapisan bermuatan listrik yang
dikenal dengan nama ionosfer. Lapisan ionosfer ini yang kemudian diketahui
dapat memantulkan gelombang radio dan menyebabkan atmosfer memiliki sifat-sifat
yang sangat penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar