KLIK LINK DI BAWAH INI
https://drive.google.com/file/d/1-IPo8lmvuKe7BubtZSipJaqtahhl1n2N/view?usp=drivesdk
Hallo.. Nama saya Liza Afrianita saya berkuliah di Universitas Jambi jurusan Pendidikan Fisika. Blog ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen. Terimakasih..
Kamis, 24 Oktober 2019
Bagaimana Freon (CFC) merusak Ozon dan Proses Penguraiannya
A. Bagaimana Freon (CFC) merusak Ozon (O3)
Freon" chlorofluorocarbon (CFC)
adalah merek dagang dari DuPont. Chlorofluorocarbon (CFC) adalah senyawa
organik yang mengandung karbon, klorin, dan fluorin, diproduksi sebagai
volatile turunan dari metana dan etana. Sebuah turunan umum dari
hydrochlorofluorocarbons (HCFC), yang berisi hidrogen. Nama yang paling umum di
gunakan dalah dichloro difluoromethane (R-12 atau Freon-12). CFC
telah banyak digunakan sebagai pendingin, propelan, dan pelarut. Freon umumnya tidak
berwarna, tidak berbau, tidak beracun, tidak berkarat, tidak
mudah terbakar, dan mempunyai sifat kimia yang tidak reaktif.
Penggunaan
senyawa kimia yang kita kenal sebagai Freon telah meluas dan menjadi kebutuhan
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari hari. Freon banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari seperti yang diterapkan pada pendingin ruangan AC
dan lemari pendingin (kulkas). Freon tidak berbahaya untuk kesehatan jika hanya
dalam konsentrasi yang kecil atau rendah, tetapi akan sangat berpengaruh pada
orang dengan jantung yang lemah karena dapat menyebabkan aritmia jantung (detak
jantung tidak teratur) dan akan menyebabkan jantung berdebar pada konsentrasi
yang tinggi.
Kebocoran
freon memang tidak akan menimbulkan dampak yang serius bagi kesehatan manusia,
tetapi bagaimanakah dampak yang akan terjadi jika sejumlah freon terlepas ke
udara bebas? Ketika freon (CFC) terlepas ke atmosfer, maka molekul CFC akan
terurai atom C sendiri sangat reaktif terhadap atom O (rumus molekul ozon adl
O3), ketika atom C dari pecahan freon bertemu dengan molekul O3, maka atom C
akan menarik satu atom O dari ozon, yang akan mengakibatkan timbulnya
karbon monoksida (CO) dan ozon menjadi oksigen biasa (O2) karena kehilangan
satu atom O-nya, ditambah lagi, ketika CO terbentuk, maka mereka akan menarik
lagi satu atom O dari ozon-ozon (O3) lain sehingga menciptakan CO2, oleh karena
itu ozon sebagai pelindung bumi dari sinar ultraviolet menjadi rusak, sementara
CO2 memiliki efek rumaha kaca yang dapat menahan panas di bumi,dengan demikian
bumi akan semakin panas.
Masuknya CFC
ke atmosfir menimbulkan proses reduksi-oksidasi (redoks) antara ozon dengan
unsur-unsur halogen dari senyawa CFC dan yang sejenisnya. Setiap molekul CFC
mampu merusak 100 ribu molekul ozon. Sedangkan senyawa halon (berasal dari
unsur halogen) mampu merusak 10 kali lebih efektif dibandingkan dengan CFC. Dan
CFC mengurai ozon menjadi oksigen dan sebuah oksigen bebas radikal. Menimbulkan
suatu lapisan oksigen sehingga lapisan ozon menjadi semakin tipis yang mudah
tertembus sinar ultraviolet dari matahari. Semakin menipisnya lapisan ozon di
atmosfir, apa lagi sampai berlubang, dapat menimbulkan bencana. Karena manusia
akan bermandikan sinar ultraviolet dengan intensitas tinggi yang dapat mengundang
penyakit kanker kulit, katarak, serta penurunan sistem kekebalan tubuh.
B. Penguraian
Ozon pada CFC
CFC merupakan gas yang berwarna biru tua,
stabil, tidak mudah terbakar, mudah disimpan, dan murah harganya. Oleh karena
sifat-sifat itulah penggunaan CFC meluas di mana-mana. CFC pertama kali
digunakan pada lemari es, kemudian digunakan sebagai pendorong aerosol dalam
kaleng atau botol penyemprot, juga digunakan untuk membersihkan sirkuit
komputer yang halus. Sifat stabil dari CFC yang sangat bermanfaat di bumi ini
memberi peluang baginya untuk merusak lapisan ozon. CFC yang terdifusi ke
stratosfer akan mengalami pemutusan ikatan kimianya oleh radiasi UV-C
menghasilkan khlor-khlor bebas yang sangat reaktif, kemudian mengikat sebuah
atom oksigen biasa (O2). Berikut ini reaksi perubahan ozon menjadi makhluk
oksigen:





Global Warming (Penyebab, Dampak, dan Pencegahan)
A. Pengertian Pemanasan
Global (Global warming)
Pemanasan global atau Global
Warming adalah adanya proses peningkatan suhurata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun
terakhir. Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu
permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga
11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu
disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas
rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang
berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,
pemanasan dan kenaikan muka air lautdiperkirakan akan terus berlanjut selama
lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini
mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
B. Penyebab Pemanasan
Global (Global warming)
1. Efek Rumah Kaca
Segala sumber energi
yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut
berbentuk radiasi gelombang pendek. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia
berubah menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap
sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini
berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian
panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah
kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang
menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan
kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan
tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Efek rumah kaca ini
sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya,
planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59
°F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika
tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi
seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah
berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
2. Efek Umpan Balik
Penyebab pemanasan
global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya.
Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat
bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan
menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air
sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah
jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap
air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh
akibat gas CO2 sendiri. Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan
karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik
karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat
dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan,
sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas,
awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke
angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya
menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail
tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut.
Umpan balik penting
lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika
suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan
yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air
di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan
memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya
akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan
menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang
berkelanjutan.
Umpan balik positif
akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah
mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang
meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif. Kemampuan
lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini
diakibatkan oleh menurunnya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga
membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap
karbon yang rendah.
3. Variasi Matahari
Terdapat hipotesa
yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh
umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini.
Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah
meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek
rumah kaca akan mendinginkan stratosfer.
Ada beberapa hasil
penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan
dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University memperkirakan bahwa
Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata
global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000.
Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat
ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan
dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari
debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian,
mereka menyimpulkan bahwa dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap
pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada
dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006,
sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa
mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat “keterangan” dari Matahari
pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil
sekitar 0,07% dalam tingkat “keterangannya” selama 30 tahun terakhir. Efek ini
terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah penelitian
oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan
global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari
output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.
C. Mengukur pemanasan
global
Data terkini dari
Badan Urusan Kelautan dan Atmosfir Amerika Serikat (NOAA), mengatakan bahwa
April 2010 dianggap sebagai yang terpanas dibanding bulan yang sama di
tahun-tahun sebelumnya. Ya, menurut NOAA sebagaimana dilansir Associated
Press dan dikutip Viva, sepanjang abad ke-20 hingga tahun
lalu, suhu rata-rata permukaan Bumi di bulan April adalah 13,7 derajat Celcius.
Namun, pada April 2010, suhu mencapai 14,5 derajat celcius. Ini terbukti usai
NOAA meneliti suhu rata-rata permukaan Bumi berdasarkan kombinasi suhu
permukaan darat dan laut. Pusat Data Iklim Nasional NOAA, Senin 17 Mei 2010,
juga menyebutkan suhu rata-rata Bumi mencapai rekor paling tinggi selama
periode Januari-April 2010.
Selama periode
tersebut, suhu rata-rata adalah 13,3 derajat Celcius. Mongolia, Rusia bagian
timur, sebagian besar wilayah China, Amerika Serikat bagian barat, dan sebagian
Amerika Selatan pada bulan lalu lebih dingin dibanding biasanya, tetapi
sebagian besar wilayah lain di dunia mencapai rekor suhu lebih tinggi dibanding
rata-rata. Wilayah yang memiliki suhu di atas rata-rata antara lain Kanada,
Alaska, Amerika Serikat bagian timur, Australia, Asia Selatan, Afrika bagian
utara, dan Rusia bagian utara.Menurut pakar iklim, pemanasan El Nino di
Samudera Pasifik melemah pada April karena anomali suhu permukaan air laut
berkurang. Dan, laporan yang dirilis Senin kemarin juga menyebutkan bahwa
volume es di Kutub Utara selama April lalu kembali menyusut. Ini merupakan
penurunan berturut-turut dalam 11 bulan terakhir. Saat ini luas dataran es di
Kutub Utara tinggal sekitar 14,7 juta kilometer persegi. Sedangkan wilayah es
di Kutub Selatan pada April lalu 0,3 persen di bawah rata-rata menurut
pengukuran selama periode 1979-2000. Laporan ini dirilis karena para ilmuwan
sedang berusaha mengangkat kembali isu pemanasan global.
Pada awal 1896, para
ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah komposisi
atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global. Hipotesis ini
dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program
penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel
atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai.
Hasil pengukurannya
menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer.
Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang
dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari
gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuan juga
telah lama menduga bahwa iklim global
semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang
tepat. Temperatur terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang
satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh
data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas.
Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini,
akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.
Pada awal 1896, para
ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah komposisi
atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global. Hipotesis ini
dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program
penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel
atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai.
Hasil pengukurannya
menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Setelah
itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang
dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari
gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuan juga
telah lama menduga bahwa iklim global
semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang
tepat. Temperatur terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang
satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh
data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas.
Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini,
akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.
D. Dampak Pemanasan
Global (Global warming)
Para ilmuan
menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi
atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para
ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global
terhadap cuaca, tinggi permukaan air
laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan
liar dan kesehatan manusia.
Dampak-dampaknya diantaranya :
1. Iklim
Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan
memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan
Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah
lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan
mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut.
Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan
mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi
salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan
lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam
hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan
menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para
ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut
malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini
disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga
keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada
atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang
lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa
luar, dimana hal ini akan
menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban
yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen
untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah
meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain
itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan
menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan
mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang
memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan
dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan
terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
2. Peningkatan
permukaan laut
Ketika atmosfer
menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya
akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan
mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih
memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah
meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan
IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada
abad ke-21.
Perubahan tinggi muka
laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm
(40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen
daerah Bangladesh, dan banyak
pulau-pulau. Erosi dari tebing,
pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara
sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya
akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya,
sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari
daerah pantai.Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi
ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh
dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa
baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah
dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dariFlorida Everglades.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak
dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran temperatur akan dipengaruhi
oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga panas yang
disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari
stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini
memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan
planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa
kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat
pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus
tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi
setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas.
Dalam laporan yang
dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan
bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat
Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama
disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer.
IPCC memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1
hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
IPCC panel juga
memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah lagi
sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat
emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan tetap berada di
atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya
kembali.
Jika emisi gas rumah
kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda di
atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila
dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim
secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah
terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah
ini dengan risiko populasi yang sangat besar.
3. Suhu
global cenderung meningkat
Orang mungkin
beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari
sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian
Selatan Kanada, sebagai contoh,
mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih
lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di
beberapa bagian Afrika mungkin
tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari
gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan
salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair
sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami
serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4. Gangguan
ekologis
Hewan dan tumbuhan
menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena
sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan
cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan
mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya
menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi
perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi
oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe
spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan
musnah.
5. Dampak
sosial dan politik
Perubahan cuaca dan
lautan dapat
mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang
panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan danmalnutrisi. Perubahan cuaca
yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub
utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam
(banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana
alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat
pengungsian dimana sering muncul
penyakit, seperti: diare, malnutrisi,defisiensi mikronutrien,
trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada
penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran
penyakit melalui vektor (vector-borne
diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk
nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa
spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi
lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adala organisme tersebut.
Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah
akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini.
hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak
kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang /
kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan
yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada
waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara
hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi
terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi,coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru
kronis, dan lain-lain.
6. Hilangnya
Lautan Es
Menurut WWF, bahkan
pemanasan global kurang dari 2°C dapat memicu hilangnya lautan es kutub utara
dan pencairan lapisan es di Greenland . Efek timbal balik kekuatan yang tak
terduga ini adalah penyebab terlampauinya titik-titik kritis tersebut. Hal ini
akan menyebabkan peningkatan permukaan laut beberapa meter secara global yang
akan mengancam puluhan juta manusia di dunia.
Kapasitas penyimpanan
CO2 di lautan dan daratan – penyerapan alami bumi– telah turun sekitar 5%
selama lebih dari 50 tahun belakangan ini. Pada saat yang bersamaan, emisi CO2
manusia yang berasal dari bahan bakar fosil terus meningkat – empat kali lipat
lebih cepat di dekade ini daripada dekade sebelumnya. WWF mendesak para
pemerintah tersebut memanfaatkan konferensi Poznan sebagai titik balik untuk
menghindari arah kehancuran yang sedang dituju oleh dunia saat ini.
E. Cara
mencegah Pemanasan Global(Global warming)
- Kurangi konsumsi daging. Berdasarkan penelitian, untuk menghasilkan 1 kg daging, sumber daya yang dihabiskan setara dengan 15 kg gandum. Bayangkan bagaimana kita bisa menyelamatkan bumi dari kekurangan pangan jika kita mengurangi konsumsi daging. Peternakan juga penyumbang 18% jejak karbon dunia, yang mana lebih besar dari sektor transportasi (mobil, motor, pesawat, dll). Belum ditambah lagi dengan bahaya gas-gas rumah kaca tambahan yang dihasilkan oleh aktivitas peternakan lainnya, seperti metana yang notabene 3 kali lebih berbahaya dari CO2 dan gas NO yang 300 kali lebih berbahaya dari CO2. Dan yang pasti banyak manfaat kesehatan dan spiritual jika mengurangi konsumsi daging.
- Makan dan masaklah dari bahan yang masih segar. Menghindari makanan yang sudah diolah atau dikemas akan menurunkan energi yang terbuang akibat proses dan transportasi yang berulang-ulang. Makanan segar juga lebih sehat bagi tubuh.
- Beli produk lokal, hasil pertanian lokal lebih murah dan juga menghemat energi, terutama jika menghitung energi dan biaya transportasinya. Makanan organik lebih ramah lingkungan, tetapi periksa juga asalnya. Jika diimpor dari daerah lain, kemungkinan emisi karbon yang dihasilkan akan lebih besar daripada manfaatnya.
- Daur ulang aluminium, plastik, dan kertas. Akan lebih baik lagi jika Anda bisa menggunakannya berulang-ulang. Energi untuk membuat satu kaleng aluminium setara dengan energi untuk menyalakan TV selama 3 jam.
- Beli dalam kemasan besar. Akan jauh lebih murah, juga menghemat sumber daya untuk kemasan. Jika terlalu banyak, ajaklah teman atau saudara Anda untuk berbagi saat membelinya.
- Matikan oven Anda beberapa menit sebelum waktunya. Jika tetap dibiarkan tertutup, maka panas tersebut tidak akan hilang.
- Hindari fast food. Fast food merupakan penghasil sampah terbesar di dunia. Selain itu konsumsi fast food juga buruk untuk kesehatan.
- Bawa tas yang bisa dipakai ulang. Bawalah sendiri tas belanja, dengan demikian Anda mengurangi jumlah tas plastik/kresek yang diperlukan. Belakangan ini beberapa pusat perbelanjaan besar di Indonesia sudah mulai mengedukasi pelanggannya untuk menggunakan sistem seperti ini. Jadi sambutlah iktikad baik mereka untuk menyelamatkan lingkungan.
- Gunakan gelas yang bisa dicuci. Jika Anda terbiasa dengan cara modern yang selalu menyajikan minum bagi tamu dengan air atau kopi dalam kemasan. Beralihlah ke cara lama kita. Dengan menggunakan gelas kaca, keramik, atau plastik food grade yang bisa dicuci dan dipakai ulang.
- Berbelanjalah di lingkungan sekitar. Akan sangat menghemat biaya transportasi dan BBM.
- Tanam pohon setiap ada kesempatan. Baik di lingkungan ataupun berpartisipasi dalam program penanaman pohon. Bisa dengan menyumbang bibit, dana, dan lain-lain. Tergantung kesempatan dan kemampuan.
F. Bencana Besar
Akibat Pemanasan Global (Global warming)
Apa saja bencana
mematikan yang ditimbulkan oleh global warming? Beberapa diperkirakan bakal
terjadi puluhan tahun ke depan, tapi sebagian lagi sudah terjadi sejak beberapa
tahun yang lalu. Silahkan simak bencana besar yang akan terjadi akibat global
warming di bawah ini. Hal ini bukan untuk menakut-nakuti, tapi mudah-mudahan
bikin kita semua tergerak untuk menjaga kelestarian alam yang hijau.
1. Gletser Menciut
Gletser adalah
daratan yang terbuat dari es. Gletser bakal ikut meleleh dan menciut seiring
dengan bertambahnya suhu bumi. Suhu bumi meningkat karena tingginya emisi gas
rumah kaca di atmosfer. Selama tahun 1990- 2005 saja suhu bumi naik 0,15 – 0,3
derajat celcius. Gletser Himalaya yang memasok air ke sungai Gangga sekaligus
menyediakan irigasi dan suplai air minum untuk 500 juta penduduk, menyusut 37
meter pertahun.Gletser di kutub semakin cepat mencair hingga membuat permukaan
air laut di bumi naik.
2. Pulau Tenggelam
Indonesia, Amerika
Serikat, dan Bangladesh adalah beberapa negara yang paling terancam tenggelam.
Bahkan beberapa pulau di Indonesia sudah hilang tenggelam. Ini disebabkan
mencairnya permukaan gletser di kutub yang membuat volume air laut meningkat
drastis. Menyusutnya hutan bakau memperparah pasangnya air laut. Sekarang saja
pasang air laut Pantai Kuta telah membanjiri beberapa lobi hotel disekitarnya.
Pulau Jawa juga bernasib sama , sampai saat ini permukaan Teluk Jakarta sudah
naik 0,8 cm. Dan kalau suhu bumi terus naik , tahun 2050 derah-daerah Jakarta
dan Bekasi seperti Kosambi , Penjaringan , Cilincing , Muaragembong , dan
Tarumajaya akan terendam.
3. Badai
Badai memang bisa
terjadi karena kehendak alam. Tapi suhu air yang menghangat akibat global
warming mendukung terjadinya badai yang jauh lebih kuat dan besar. Beberapa
tahun belakangan ini negara-negara di Eropa, Amerika, dan Karibia telah
mengalami begitu banyak badai dibandingkan abad sebelumnya. Bahkan badai-badai
tersebut bukan cuma badai biasa, namun masuk kategori badai mematikan, seperti
badai katrina, badai ike, badai nargis, badai rita,dll.
4. Gelombang Panas
Tahun 2003 lalu,
Eropa diserang gelombang panas alias heat wave, yang menewaskan banyak orang.
Mengejutkan! Tapi bencana ini sudah diperkirakan ratusan tahun yang lalu,
tepatnya tahun 1900 oleh para ilmuwan di masa itu. Gelombang panas memang pernah
terjad beberapa kali di bumi, namun belakangan ini makin sering terjadi. Dan
diperkirakan 40 tahun lagi frekwensinya akan meningkat 100 kali lipat.
5. Kekeringan
Afrika, India, dan
daerah-daerah kering lainnya bakal menderita kekeringan lebih parah! Air akan
makin sulit di dapat dan tanah tak bisa ditanami apa-apa lagi, hingga suplai
makanan berkurang drastis. Ilmuwan memperkirakan hasil tani negara-negara
Afrika akan menurun 50 % di tahun 2020, dan tingkat kekeringan di dunia
meningkat 66 %. Tak terbayang kalau kekeringan ini sampai terjadi di bumi ini.
6. Perang dan Konflik
Negara yang
kekurangan air dan bahan pangan kemungkinan besar akan mengalami panik dan
berubah jadi agresif. Lalu bukan tak mungkin mereka berusaha saling merebut
lahan yang belum rusak.
7. Penyakit Merajalela
Malaria, demam
berdarah , ebola , dan banyak penyakit yang dulu cuma di anggap sebagai
penyakit negara tropis , bisa menyebar ke berbagai negara Eropa yang dikenal
dingin. Penyebabnya apalagi kalau bukan banjir atau kekeringan yang mengundang
banyak hewan pembawa penyakit bersarang disana!!!
8. Perekonomian Kacau
Ladang tani ,
perkebunan yang biasanya menghasilkan akan musnah ole banjir atau kekeringan.
Penduduk akan di buat makin menderita karena stok bahan pangan dan kebutuhan
pokok lainnya akan jauh berkurang dan harganya pasti akan melambung naik.
Pemerintah juga membutuhkan biaya yang banyak untuk membangun kembali wilayah
yang terkena bencana dan menanggulangi penyakit yang mewabah.
9. Ekosistem Hancur
Perubahan iklim yang
terjadi akibat global warming akan menghancurkan ekosistem yang ada. Setelah
sebagian mahkluk hidup di bumi musnah akibat bencana kekeringan, banjir, badai,
atau ditenggelamkan air laut, mahkluk hidup yang tersisa bakal mengalami
kesulitan untuk bertahan hidup. Penyebabnya adalah berkurangnya sumber air, udara
bersih, bahan bakar, sumber energi, bahan makanan, obat-obatan yang dibutuhkan
untuk survive.
10. Mahkluk Hidup Punah
Sebanyak 30 % mahkluk
hidup yang ada sekarang bakal musnah tahun 2050 kalau temperatur bumi terus
naik. Spesies yang punah ini kebanyakan yang habitatnya di tempat dingin.
Hewan-hewan laut diperkirakan banyak yang tak bisa bertahan setelah suhu air
laut jadi menghangat. Kalau tumbuhan dan hewan makin berkurang, jelas manusia
akhirnya terancam karena kekurangan bahan makanan.
Langganan:
Postingan (Atom)
Laporan Pengukuran Pencahayaan Menggunakan Aplikasi Lux Meter
KLIK LINK DI BAWAH INI https://drive.google.com/file/d/1-IPo8lmvuKe7BubtZSipJaqtahhl1n2N/view?usp=drivesdk
-
“ PERENCANAAN LABORATORIUM” A. Pengertian Perencanaan Laboratorium Planning atau perencanaan merupakan proses memutuskan...
-
KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM Pengertian Kecelakaan Kecelakaan merujuk kepada peristiwa yang terjadi secara tidak sengaja. Seba...
-
Sistem Manajemen Mutu A. Pengertian ISO 17025 ISO/IEC 17025 adalah standar persyaratan kompetensi untuk laboratorium. Persyarata...