Kamis, 24 Oktober 2019

Zat Pencemar Partikulat Asbes

Penggunaan kimia dalam kebudayaan manusia sudah dimulai sejak zaman dahulu. Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam, yang berkaitan dengan komposisi materi, termasuk juga perubahan yang terjadi di dalamnya, baik secara alamiah maupun sintetis. Senyawa-senyawa kimia sintetis inilah yang banyak dihasilkan oleh peradaban modern, namun materi ini pulalah yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang berbahaya. Dengan mengetahui komposisi dan memahami bagaimana perubahan terjadi, manusia dapat mengontrol dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan manusia.
Asbes termasuk bahan berbahaya, namun kurang disadari oleh masyarakat pemakainya karena dampak negatif yang ditimbulkannya tidak segera tampak. Memang, tidak semua bahan yang mengandung asbes berbahaya bagi manusia apabila bahan itu dalam keadaan baik sehingga serat asbes terikat kuat dalam matrik bahan. Namun, substansi asbes dengan ukuran tertentu dalam keadaan terlepas/bebas akan sangat berbahaya karena dapat memicu timbulnya gangguan kesehatan apabila terhirup masuk ke dalam paru-paru.  
1. Definisi Asbes
Kata Asbes berasal dari kata Yunani yang berarti ”tak terpadamkan” atau ”tidak bisa dihancurkan”. Namun asbes telah dikenal dengan nama lain, termasuk ”Kulit gunung,” ”linen tahan api,” dan ”benang rock” nama chrysotile, salah satu bentuk yang paling umum dari asbes, berasal dari ”chrysos” kata Yunani (emas) dan ”tilos” (fiber) atau ”serat emas.” asbes memiliki sifat tahan asam, panas, fleksibel, tidak menguap, mampu meredam suara, tidak mudah  dihancurkan di alam yang biasa digunakan untuk mobil, kompor, atap rumah, plafon, pelapis dan kabel listrik. 
Asbes dengan struktur kimia CaMg3(SiO3)3  merupakan  salah satu bahan tambang yang bisa ditemui dengan mudah di dunia dalam bentuk benang serat atau gumpalan serat. Bahan ini memiliki kekuatan dan ketahanan tinggi terhadap api, panas, serta zat kimia. Tetapi tidak bisa diuraikan oleh alam.  Asbes adalah bentuk serat mineral silika yang termasuk dalam kelompok serpentine dan amphibole dari mineral-mineral pembentuk batuan, termasuk: actinolite, amosite (asbes coklat, cummingtonite, grunnerite), anthophyllite, chrysotile (asbes putih), crocidolite (asbes biru), tremolite, atau campuran yang sekurang-kurangnya mengandung salah satu dari mineral-mineral tersebut (Diana Sasmara.2002).Sebanyak 94 % penggunaan Asbes di dunia mengandung bahan Chrysotile atau hidroksida magnesium silikat dengan komposisi Mg6(OH)6(Si4O11)H2O, Chrysotile merupakan bahan mineral yang bersifat toksik Karsinogen pemicu penyakit kanker yang akan menyerang rongga dada, paru-paru, dan perut yang disebut dengan kanker jenis mesothelioma. 
2. Karakteristik Asbes
1.    Mikroskopi 
Asbes di bawah mikroskop serat nampak bergelombang lurus, permukaan serat tidak kasar kalau dipintal akan selip.
2.    Sifat fisik
Kekuatan serat asbes tergantung jenisnya, cara penambangan dan pengolahan. Asbes tahan panas pada suhu 10000C, titik leleh asbes adalah 1180-15000C. Asbes akan kehilangan berat bila air kristal dan karbondioksida menguap.
3.    Karakteristik  Asbes menurut golongannya:
a)    Asbes serpentin, terdapat dalam bentuk lempengan atau dalam urat dan sarang suatu senyawa berserabut parallel. Terkadang serabutnya kasar atau sangat halus dan sangat mudah dibelah. Arah serabutnya tegak lurus pada urat-uratnya. Kilap sutera yang mengkilap seperti logam atau kilap lemak. Sedikit banyak tembus cahaya. Bewarna hijau, mulai dari yang tua sampai hijau muda. Terasa halus dalam rabaan. Pemanasan mineral tertutup: terjadi subliman air, tidak dapat meleleh. Pemanasan di dalam api pipa penghembus: menjadi putih dan keras. Dengan larutan kobal dan dibarakan: akan menjadi merah.
b) Asbes Amphibole ialah varitas berserabut halus yang termasuk dalam keluarga mineral horenblende antolifit, gramatit, dan aktilonit. Pada asbes amphibole arah serabutnya sejajar dengan arah urat dimana mineral tersebut.
Tabel.1 Deskripsi dan Batas Toleransi Asbestos (CaMg3(SiO3)3 )
Ditemukan
Secara alamiah berupa silikat serat- serpentin (chrisotile) atau amfibol (crocodolite, amosite, dan antophylite)
Karakteristik
Sangat tahan terhadap suhu tinggi, tekanan, dan asam, tetapi sifat ini beragam sesuai dengan jenis asbestos. Jenis serpentin dapat dianyam menjadi pakaian.
Pemakaian
Banyak dan beragam, termasuk semen asbestos, atap asbes, bahan bangunan dan isolasi, kampas rem, beberapa alat tahan api.
Efek akut
Tidak ada
Efek kronis
Penyakit paru fibrotik kronik –asbestosis. Pembentukan plak pleura dan perkapuran. Kanker paru (efek sinergis dari rokok). Mesotelimia, Maligna pada pleura dan peritoneum, kutil kulit, karsinoma laring.
Pemantauan kesehatan
Badan asbestos dalam dahak, uji fungsi paru, termasuk spirometri dan difusi gas, radiografi spiral.
Pencegahan dan pengobatan
Jauhi pemajanan, Manajemen penyakit paru fibrotic kronik dan penyakit keganasan.
Cara pengukuran
Perlu ditentukan jumlah serabut udara respirabel dengan mengambil sampel melalui filter sellulosa asetat untuk dilakukan analisis mikroskopikdan perhitungan. Serabut respirabel ditentukan sebagai serabut yang panjangnya lebih dari 5µm dan mempunyai rasio panjang: lebar paling sedikit 3:1 dan berdiameter kurang dari 3 µm. Sampling harus dengan pedoman HSE catatan EH10 dan MHDHS 39/3.
Batas pengendalian HSE.
1.Untuk asbestos yang mengandung crococidolite dan amosite:
a.0,2 serabut/ml udara rata-rata selama masa 4 jam terus-menerus.
b.0,6 serabut/ml udara rata-rata selama masa 10 menit terus menerus.
2.Untuk asbestos yang mengandung jenis asbestos lainnya.
a.0,5 serabut/ml udara rata-rata selama masa 4 jam terus menerus.
b.1,5 serabut/ml udara rata-rata selama 10 menit terus menerus.
(Harrington dan Gill, 2005)

3. Dampak Asbes Terhadap Kesehatan
Perjalanan debu yang masuk ke saluran pernapasan dipengaruhi oleh ukuran partikel tersebut. Partikel yang berukuran 5 ʯm atau lebih baik akan mengendap di hidung, nasofaring, trakea dan percabangan bronkus. Partikel yang berukuran kurang dari 2 ʯm akan berhenti di bronkiolus respiratoris dan alveolus. Partikel yang berukuran kurang dari 0,5 ʯm biasanya tidak sampai mengendap di saluran pernapasan akan tetapi akan dikeluarkan lagi (Amin, 1996). 
 Debu yang masuk saluran pernapasan dapat berakibat terjadinya kerusakan jaringan setempat dari yang ringan sampai kerusakan yang parah dan menetap. Derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh debu dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
1.    Asal dan sifat alamiah debu
2.    Jumlah debu yang masuk dan lamanya pemaparan
3.    Reaksi imunologis subyek yang terkena paparan

Apabila terdapat debu yang masuk ke sikkus alveolus, makrofag yang ada di dinding alveolus akan “memakan” debu tersebut. Akan tetapi kemapuan fagositik makrofag terbatas, sehingga tidak semua debu dapat difagositik. Debu yang ada di dalam makrofag sebagian akan dibawa ke bulu getar yang selanjutnya dibatukkan dan sebagian lagi tetap tertinggal di interstium bersama debu yang tidak sempat difagositik. Debu organic dapat menimbulkan fibrosis sedangkan debu mineral (anorganik) tidak selalu menimbulkan akibat fibrosis jaringan. Reksi tersebut di atas dipengaruhi juga oleh jumlah dan lamanya pemaparan serta kepekaan individu untuk menghadapi raangsangan yang diterimanya (Amin, 1996). 
Makrofag yang sedang aktif akan mempengaruhi keseimbangan protease-antiprotease melalui beberapa mekanisme yaitu, meningkatkan jumlah elastase, mengeluarkan faktor kemotaktik yang dapat menarik netrofil dan mengeluarkan oksidan yang dapat menghambat aktivitas AAT. Aktivitas proteolitik yang disebabkan oleh bahan-bahan yang diproduksi makrofag sukar untuk diredam karena :
1.      Sel-sel radang (misalnya makrofag) menempel kuat pada MES sehingga AAT tidak dapat melindungi MES.
2.      Makrofag selama aktivitasnya mengeluarkan oksidan sehingga melemahkan aktivitas AAT.
3.      Aktivitas protease yang diproduksi oleh makrofag (metalloproteinase) sukar direndam oleh AAT (Amin, 1996).
Dari bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dampak negatif yang ditimbulkan oleh polutan yang masuk ke saluran pernapasan dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu sifat-sifat polutan sendiri dan kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri dari kerusakan. Pada suatu tingkat tertentu tubuh tidak lagi dapat mempertahankan diri sehingga timbul akibat yang merugikan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian.

1 komentar:

Laporan Pengukuran Pencahayaan Menggunakan Aplikasi Lux Meter

KLIK LINK DI BAWAH INI https://drive.google.com/file/d/1-IPo8lmvuKe7BubtZSipJaqtahhl1n2N/view?usp=drivesdk